Puisi Gibran Faqih Latuconsina, Merdeka di Jiku Negeri

Pejuang Kemerdekaan

Merdeka negeriku,

Jauh sebelum kau tau,

Sebelum para penjajah datang dan menyeru,

Menyeru israyat akan datangnya peperangan,

Para cendikia,

Para pejuang,

Yang baik, ramah dan selalu menyapa apa adanya.


Menerima kedatangan para iblis dari tanah eropa,

Dengan begitu lebar senyuman,

Dengan begitu rendah, hati di tanam,

Dihancurkan senyuman itu,

Dimatikan kerendahan hati itu,

Diiris sedikit demi sedikit semua kebaikan dan keramahan,

Diperkosa hati nurani,

Disiksa ujung rambut sampai ujung kepala.


Para pejuang, dihukum untuk mati di tiang eksekusi penuh dosa,

Tapi perjuangan yang mereka wariskan kita hiraukan bagai tanpa dosa,

Mana itu semangat juang pattimura, mana itu sorakan keberanian Kristina,

Namun sekarang, mau makan saja harus berjuang,

Mau kerja harus berani, 

Mau hidup?, pantaskanlah diri.


Indonesia katanya sudah merdeka,

Tapi rakyat sendiri tak mencintai kata merdeka,

Meninggalkan adat istiadat demi tren dari barat,

Kelaparan merajalela,

Korupsi menggerogoti tenggorokan pemimpin,


Cinta tanah air? 

Kadang kala dianggap naif bagi yang muda, dan terlalu kuno bagi yang tua, 

Juga apabila saling menganggap begitu dan menghakimi begini, 

Apakah keduanya bisa disebut cinta tanah air? 

Untuk sekarang, apakahkau bisa mengartikan cinta? 

Hebat sekali kawan!! 

Hebat sekali jika bisa kau artikan!!! 


Jika cinta yang kau artikan sendiri karna sesuatu dan oleh seseorang atau segalanya, 

Maka yang kau lakukan hanyalah menghitung, memperkirakan, daengambil keuntungan dari sesuatu yang kau sebut cinta terhadapnya. 

Cinta tanah air, dirimu mencintai negeri ini, karena kaya akan sumber daya alam, karena sejahtera, karena berdemokrasi. 


Begitu naif temanku, 

Cinta tak bisa kau artikan, 

Tak bisa kau dapati dimana ia berada, 

Tak bisa kau duga kapan ia datang, 


Cinta hanya bisa kau rasakan, cinta tanah air muncul dari hatimu, yang terdalam hingga kau sendiri tak sadar apa yang membuatmu cinta pada tanah airmu sendiri, 

Sadarilah caramu mencintai, 

Nikmatilah keberagaman ini, 

Kau aku dan dia berbeda, 

Karena kita pun akan terpaku, 

Bersama dengan mereka menjadi kita dan semua, 

Pada wujud cinta tanah air sesunggunya,

Suara dari timur,

Untuk kemerdekaan yang satu,

Indonesia untuk Maluku,

Maluku untuk Indonesia.


Posting Komentar untuk "Puisi Gibran Faqih Latuconsina, Merdeka di Jiku Negeri"